Rabu, 12 Oktober 2011

FISIOLOGI TULANG

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKLETAL Sistem muskuloskletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan khusus yang menghubungkan struktur ini.  EMBRIOLOGI TULANG Pembentukan dan perkembangan tulang merupakan suatu proses morfologik (kartilago) lempeng efisis tidak sama dengan tulang rawan hialin dan tulang rawan artikuler karena tulang rawan lempeng epifisis mempunyai struktur pembuluh darah, zona-zona, sumsum biokimia sehingga memberi gambaran matriks yang unik. Pada fase awal perkembangan tulang embrio (pada minggu ke-3 dan ke-4), terbentuk tiga lapisan germinal, yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat multipotensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensiasi membentuk jaringan tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan embrio, terbentuk tonjolan anggota gerak (limb bud) yang didalamnya terdapat juga sel mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan. Perkembangan tulang menjadi dua tahap yaitu : 1. Pada minggu kelima perkembangan embrio tulang rawan terbentuk dari prakartilago. Ada tiga jenis tulang rawan, yaitu tulang rawan hialin, tulang rawan fibrin, dan tulang rawan elastis 2. setelah minggu ketujuh perkembangan embrio, tulang akan terbentuk melalui dua cara yaitu : a. Secara langsung, pada proses ini tulang akan terbentuk secara langsung dari membrane tulang dalam bentuk lembaran, misalnya pada tulang muka, pelvis scapula, dan tulang tengkorak. Pada penulangan jenis ini dapat ditemukan satu atau lebih pusat penulangan membrane. Proses penulangan ini ditandai dengan terbentuknya osteoblas yang merupakan rangkan dari trabekula tulang yang penyebarannya secara radial. b. Secara tidak langsung. Pada proses ini tulang terbentuk dari tulang rawan. Proses penulangan rawan terjadi melalui dua cara yaitu : - Osifikasi sentral. Pada keadaan ini osifikasi tulang terjadi melalui osifikasi endokondral - Osifikasi perifer. Pada keadaan ini osifikasi terjadi dibawah perikondrium atau osifikasi periosteum. Mesenkim pada daerah perifer berdiferensiasi dalam bentuk lembaran yang membentu peristeum tempat osteblas terbentuknya di dalamnya. 



TULANG SEBAGAI STRUKTUR DAN ORGAN Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan menjadi tempat melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Tulang adalah jaringan yang berstruktur dengan baik dan mempunyai lima fungsi Fungsi utama tulang : 1. Membentuk rangka badan 2. sebagai pengumpila dan tempat melekat otot. 3. sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam (seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paru-paru). 4. sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan garam. 5. ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi tambahan lain, yaitu sebuah jaringan hemopoietik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organic (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks organic tulang juga disebut osteid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang. Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan. Hampir semua tulang berongga dibagian tengahnya. Struktur demikian memaksimalkan kekuatan struktur tulang dengan bahan yang relative kecil atau ringan. Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen dan mineral dalam jaringan tulang. Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lamellar. Tulang yang berbentuk anyaman terlihat asal pertumbuhan cepat, seperti waktu perekembangan janin atau sesudah terjadinya patah tulang selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh tulang yang lebih matur berbentuk lamellar. Pada orang dewasa, tulang anyaman ditemukan pada insersi ligamentum atau tendon.  PERTUMBUHAN TULANG Pertumbuhan intertisial tidak dapat terjadi di dalam tulang. Oleh karena itu, pertumbuhan intertisial terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada tulang rawan. Ada dua lokasi pertumbuhan tulang rawan pada tulang panjang yaitu : 1. Tulang rawan artikuler. Pertumbuhan tulang panjang terjadi pada daerah tulang rawan artikuler dan merupakan tempat satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada daerah epifisis. Pada tulang pendek, pertumbuhan tulang terjadi pada seluruh daerah tulang. 2. Tulang rawan lempeng epifisis. Tulang rawan lempeng epifisis memberi kemungkinan metafisis dan diafisis untuk bertumbuh memanjang. Pada daerah pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara dua proses yaitu : - Proses pertumbuhan. Adanya pertumbuhan intertisial tulang rawan dari lempeng epifisis memungkinkan terjadinya penebalan tulang - Proses klasifikasi. Kematian dan penggantian tulang rawan pada daerah permukaan metafisis terjadi melalui proses osifikasi endokondral. 
 ANATOMI TULANG Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam : 1. Tulang panjang (long bone), misalnya femur ,tibia, fibula, ulna, dan humerus. Daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis. Didaerah ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit karena daerah ini merupakan daerah metabolic yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang. 2. Tulang pendek (short bone), misalnya tulang-tulang karpal 3. Tulang pipih (flat bone), misalnya tulang parietal, iga, scapula, dan Spelvis. 4. Tulang takberaturan (irregular bone), misalnya tulang vertebrata 5. Tulang sesamoid, misalnya tulang patella. 6. Tulang Sutura (sutura bone) ada diatap tengkorak. Tulang terdiri atas tulang yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan bagian dalam (endosteum) yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi oleh periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal dari pada orang dewasa, yang memungkinkan penyembuhan tulang anak lebih cepat dibangdingkan orang dewasa.    HISTOLOGI TULANG Berdasarkan histologisnya, pertumbuhan tulang terbagi menjadi dalam 2 jenis : 1. Tulang imatur (non-lamelar bone, woven bone, fiber bone), terbentuk pada perkembangan embrional dan tidak terlihat lagi pada usia 1 tahun tulang imatur banyak mengandung jaringan kolagen 2. Tulang matur (mature bone, lemelar bone), ada dua jenis, yaitu tulang kortikal (corikal bone, dense bone, compact bone) dan tulang trabekular (cancellous bone, trabecular bone, spongiosa). Secara histologis, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel, jaringan kolagen, dan mukopolisakarida. Diafisis atau batang merupakan bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan besar. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar didekat ujung akhir batang tulang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah terdapat juga dibagian epifisis dan dan diafisis tulang. Pada anak-anak, sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam dari tulang panjang tetapi kemudian diganti oleh sumsum kuning sejalan dengan semakin dewasanya anak tersebut. Pada orang dewasa, aktivitas hematopoietik menjadi terbatas hanya pada sternum dan Krista iliaka walaupun tulang yang lain masih berpotensi aktif lagi bila diperlukan. Sumsum kuning yang terdapat pada diafisis tulang orang dewasa terutama terdiri dari atas sel-sel lemak. Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk pelekatan tendon dan ligament pada epifisis. Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang lekatnya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan matafisis sehingga pertumbuhan tulang terhenti. Seluruh lapisan tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut peristeum, yang mengandung sel-sel yang dapat berfloriferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteri nutrisi. Lokasi dan keutuhan pembuluh-pembuluh inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyebuhan suatu tulang yang patah. Histologi yang spesifik dari lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan ini merupakan factor yang penting untuk memahami cedera pada anak-anak. Lapisan sel paling atas yang letaknya dekat epifisis disebut daerah sel istirahat. Lapisan berikutnya adalah zona proliferasi. Pada zona ini terjadi pembelahan sel aktif dan disinilah mulainya pertumbuhan tulang panjang. Sel-sel aktif ini didorong kea rah batang tulang, ke dalam daerah hipertrofi, tempat sel-sel ini membengkak, menjadi lemah dan secara metabolik menjadi tidak aktif. Patah tulang epifisis pada anak-anak sering terjadi di tempat ini dan cedera dapat meluas ke daerah kalsifikasi provinsional. Di dalam daerah kalsfikasi provisinonal inilah sel-sel mulai menjadi keras dan menyerupai tulang normal. Bila daerah proliferasi mulai menjadi keras dan menyerupai tulang normal. Bila daerah proliferasi mengalami kerusakan, pertumbuhan dapat terhenti karena retardasi pertumbuhan longitudinal anggota gerak tersebut atau terjadi deformitas profresif bila hanya sebagian lempeng tulang yang mengalami kerusakan berat.  FISIOLOGI SEL TULANG Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusu tiga jenis sel : osteoblas, osteosit, dan osteoklas. 1. Osteoblas, membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikasikan sejumlah besar fosfatase alkali dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah sehingga kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. 2. Osteosit, adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. 3. Osteoklas adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsopsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas megikis tulang. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks tulang dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah. Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan absopsi pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak yang lebih banyak terjadi pembentukan daripada absorpsi tulang. Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini dapat membuat tulang dapat berespons terhadap tekanan yang meningkata dan mencegah terjadi patah tulang, Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan mekanis yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organic yang sudah dapat berdegenerasi sehigga membuat tulang relatif menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks organic baru sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang.  BIOKIMIA TULANG Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini perubahan tulang lebih banyak terjadi dalam bentuk perubahan mikroskopik akibat aktivitas fisiolgis tulang sebagai organ biokimia tulang. Komposisi tulang terdiri atas subtansi organic 33% dan subtansi inorganic 67% 1. Subtansi tulang terdiri atas sel-sel tulang serta subtansi organic intraselular atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks tulang (90%), sedangkan sisanya adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfat. 2. subtansi inorganik terutama terdiri atas kalsium dan fosfat dan sisanya adalah magnesium, natrium, hidroksil, karbonat dan fluorida. Enzim tulang adalah fosfatase alkali yang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai peranan yang penting dalam produksi organ matriks tulang sebelum terjadi kalsifikasi  METABOLISME TULANG Metabolisme tulang diatur beberapa hormone. Peningkatan kadar hormone paratiroid mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang, yang menyebabkan kalsium dan fosfat diabsobsi dan bergerak memasuki serum. Di samping itu, peningkatan kadar hormon paratriroid secara perlahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas sehingga terjadi dimeneralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal. Metabolisme kalsium dan fosfat sangat berkaitan erat. Tulang mengandung 99% dari serum fosfat tubuh. Kalsium beberapa fungsi penting dalam tubuh. Fungsi penting kalsium dalam tubuh : 1. Dalam mekanisme pembekuan darah 2. Transmisi impuls neuromuscular 3. Keseimbangan asam-basa 4. Permeabilatas memberan sel 5. Sebagai pelekat (adhesiveness) diantara sel-sel 6. Memberi rigiditas dan kekuatan mekanik tulang Pengaturan konsentrasi ion kalsium dan cairan ekstrasel sangat penting dalam proses homeostatis asam-basa. Beberapa organ yang terlibat dalam proses homeostatis pengaturan ion kalsium tersebut meliputi ginjal, intertinal, dan tulang. Pada keadaan konsentrasi ion kalsium melebihi kisaran (kadar) normal dalam cairan ekstrasel (>11mg/dl), organ intertinal dengan kalsitriol akan berupaya menurunkan absorpsi ion kalsium ekstrasel. Ginjal kemudian membiarkan pelepasan ion kalsium keluar bersama urine sehingga kadar ion kalsium dalam ekstrasel dapat menurun. Tulang membantu proses penurunan konsentrasi ion kalsium oleh osteoklas dan penguncian dan pengeluaran ion kalsium dari matriks tulang oleh osteoblas. ] Pada keadaan konsentrasi ion kalsium dibawah kisaran (kadar) normal dalam cairan ekstrasel (<8,5 mg/dl), organ intestinal dengan kalsitriol akan berupaya menigkatkan absorpsi kalsium dari ekstrasel. Ginjal kemudian mempertahankan ion kalsium agar tidak keluar bersama urine sehingga kadar ion kalsium dalam ekstrasel dapat tetap stabil. Tulang membantu kadar peningkatan konsentrasi ion kalsium ini dengan mekanisme penigkatan simulasi pelepasan dan penyimpanan ion kalsium oleh osteoklas tulang. Vitamin D, mempengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorpsi tulang seperti yang terlihat pada kadar hormone paratiroid yang tinggi. Bila tidak ada vitamin D, hormone paratiroid tidak akan menyebabkan absorpsi tulang. Vitamin D dalam jumlah yang sedikit membantu kalsifikasi tulang, antara lain dengan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat oleh usus halus. Estrogen menstimulasi osteoblas. Penurunan estrogen setelah menopause mengurangi akrtivitas osteoblastik, yang menyebabkan penurunan matriks organic tulang. Umumnya, kalsifikasi tulang tidak terpengaruh oleh osteoporosis yang terjadi pada wanita sebelum usia 65 tahun. Akan tetapi, berkurangnya matriks organiklah yang merupakan penyebab osteoporosis.  ANATOMI SENDI Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot. Ada tiga tipe sendi sebagai berikut : 1. Sendi fibrosa (sinartrodial) merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan. Tulang yang satu dengan tulang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Salah satu contohnya adalah sutura pada tulang-tulang tengkorak. Contoh yang kedua sindemosis yang terdiri dari suatu membrane interoseus atau ligamen diantara tulang. Serat-serat ini me memungkinkan sedikit gerakan, tetapi bukab gerakan sejati. Perlekatan tulang dan tibia dan fibula bagian distal adalah contoh tipe fibrosa ini. 2. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak. Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligament, dan hanya dapat sedikit bergerak. Tipe sendi kartilaginosa sebagai berkut : - Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang diliputi oleh tulang rawan hialin, sendi-sendi kondral, adalah contoh sinkondrosis - Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago dan selapis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Simfisis pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung adalah contohnya 3. Sendi sinovial (diartrodial) merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin. Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak, serta sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa diseluruh persendian membentuk sinovium. Peristeum tidak melewati kapsul sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relative kecil (1-3ml). Hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama sel-sel monokuler. Asam hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas visikositas cairan sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial juga bertindak sebagai nutiris bagi tulang rawan sendi. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh pada sendi sinovial. Tulang rawan ini memegang peranan penting dalam membagi besar bagian tubuh. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar subntansi dasar. Subtansi dasar ini terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hdrofilik sehingga memungkinkan tulang rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang berat Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe, atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme dibawa oleh cairan sendi yang membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe satu yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan hidrofiliknya. Perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban sangat berat. Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan hidrostatik yang terjadi pada cairan intertisial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang mendapat tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi kedepan mendahului beban. Cairan kemudian akan bergerak ke belakang kembali kebagian tulang rawan ketika tekanan berkurang. Tulang rawan sendi dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya terpisah selam gerakan selaput cairan ini. Selama terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak dapat aus meskipun terlalu banyak digerakkan. Aliran darah ke sendi banyak menuju sinovium. Pembuluh darah mulai masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat tebal dibagian sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan di dalam plasma berdifusi dengan mudah ke dalam ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat menonjol karena di sonovium karena di daerah tersebut banyak mendapat aliran darah dan juga terdapat banyak sel mast dan sel lain serta zat kimia yang secara dinamis berinteraksi untuk merangsang dan memperkirakan respons peradangan. Saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligament, kapsul sendi, dan sinovium. Saraf-saraf ini berfungsi untuk memberi sensivitas pada struktur-struktur ini terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung saraf pada kapsul, ligament, dan adventisia pembuluh darah sangat sensitif terhadap peregangan dan perpurtaran. Nyeri yang timbul dari kapsul sendi atau sinovium cenderung difus dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh saraf-saraf perifer yang menyebrangi sendi. Ini berarti nyeri dari satu sendi mungkin dapat dirasakan pada sendi lainnya misalnya nyeri pada sendi panggul dapat dirasakan sebagai nyeri lutut.  JARINGAN PENYAMBUNG Jaringan yang ditemukan adalah pada sendi dan daerah yang berdekantan terutama adalah jaringan penyambung yang tersusun dari sel-sel dan subtansi dasar. Dua macam sel yang ditemukan pada jaringan penyambung adalah sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada pada jaringan penyambung (seperti sel mast, sel plasma, limfosit, monosit, leukosit polimorfonuklear). Sel-sel ini memegang peranan penting pada reaksi imunitas dan peradangan yang terlihat pada penyakit reumatik. Jenis sel yang kedua dalam jaringan (sepertin fibroblast, kondrosit, dan osteoblas). Sel-sel ini menyintesis berbagai macam serat dan proteoglikan dari subtansi dasar dan membuat tiap jenis jaringan penyambung memiliki susunan sel yang tersendiri. Serat-serta yang terdapat di dalam subtansi dasar adalah kolagen dan elastin. Setidaknya terdapat 11 bentuk kolagen yang dapat diklasifikasikan menurut rantai molekul, lokasi dan fungsinya. Kolagen dapat dipecahkan oleh kerja kolagenase. Enzim proteolitik ini membuat molekul stabil dan berubah menjadi molekul tidak stabil pada suhu fisiologis dan selanjutnya dihidroslisis oleh proses lain. Perubahan sintesis kolagen tulang rawan terjadi pada orang-orang yang usianya semakin lanjut. Peningkatan aktivitas kolagenase terlihat pada bentuk penyakit reumatik yang diperantarai imunitas, seperti artritirs reumatoid. Serat-serat elastin memiliki sifat elastis yang penting. Serat ini terdapat dalam ligament, dinding pembuluh darah besar, dan kulit. Elastin dipecahkan oleh enzim yang disebut elatase. Elatase dapat menjadi penting pada proses pembentukan arteriosclerosis dan emfisema. Ada bukti-bukti yang menunjukan bahwa perubahan sistem kardiovaskuler karena penuaan, dapat terjadi akibat peningkatan pemecahan serat elastin. Selain serat, proteoglikan adalah zat yang penting yang ditemukan dalam subtansi dasar. Proteoglikan adalah molekul besar terbuat dari rantai polisakarida yang panjang yang melekat pada pusat polipeptida. Proteoglikan pada tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi sehingga sendi dapat menahan beban fisik yang berat. Hubungan antara proteoglikan dengan proses imunologi dan peradangan adalah kompleks. Limfokin dapat menginduksi sel-sel jaringan penyambung untuk memproduksi proteoglikan baru, menghambat produksi, atau meningkatkan pemecahan proteoglikan. Proteoglikan dapat menjadi focus aksi autoimun pada gangguan seperti arthritis reumatoid. Pertambahan usia mengubah proteoglikan di dalam tulang rawan proteoglikan ini akan kurang melekat satu dengan lainnya dan berinteraksi dengan kolagen. Perubahan fungsional dan structural utama yang menjadi bagian dari proses penuaan normal menyebabkan perubahan biokimia jaringan penyambung, dan terjadi terutama pada serat dan proteoglikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar