ANATOMI DAN FISIOLOGI
SISTEM MUSKULOSKLETAL
Sistem muskuloskletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan khusus yang menghubungkan struktur ini.
EMBRIOLOGI TULANG
Pembentukan dan perkembangan tulang merupakan suatu proses morfologik (kartilago) lempeng efisis tidak sama dengan tulang rawan hialin dan tulang rawan artikuler karena tulang rawan lempeng epifisis mempunyai struktur pembuluh darah, zona-zona, sumsum biokimia sehingga memberi gambaran matriks yang unik.
Pada fase awal perkembangan tulang embrio (pada minggu ke-3 dan ke-4), terbentuk tiga lapisan germinal, yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat multipotensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensiasi membentuk jaringan tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan embrio, terbentuk tonjolan anggota gerak (limb bud) yang didalamnya terdapat juga sel mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan.
Perkembangan tulang menjadi dua tahap yaitu :
1. Pada minggu kelima perkembangan embrio tulang rawan terbentuk dari prakartilago. Ada tiga jenis tulang rawan, yaitu tulang rawan hialin, tulang rawan fibrin, dan tulang rawan elastis
2. setelah minggu ketujuh perkembangan embrio, tulang akan terbentuk melalui dua cara yaitu :
a. Secara langsung, pada proses ini tulang akan terbentuk secara langsung dari membrane tulang dalam bentuk lembaran, misalnya pada tulang muka, pelvis scapula, dan tulang tengkorak. Pada penulangan jenis ini dapat ditemukan satu atau lebih pusat penulangan membrane. Proses penulangan ini ditandai dengan terbentuknya osteoblas yang merupakan rangkan dari trabekula tulang yang penyebarannya secara radial.
b. Secara tidak langsung. Pada proses ini tulang terbentuk dari tulang rawan. Proses penulangan rawan terjadi melalui dua cara yaitu :
- Osifikasi sentral. Pada keadaan ini osifikasi tulang terjadi melalui osifikasi endokondral
- Osifikasi perifer. Pada keadaan ini osifikasi terjadi dibawah perikondrium atau osifikasi periosteum. Mesenkim pada daerah perifer berdiferensiasi dalam bentuk lembaran yang membentu peristeum tempat osteblas terbentuknya di dalamnya.
ImRan YaMan StIkEs MaReNdEnG
Rabu, 12 Oktober 2011
TEKNIK PENARIKAN SAMPEL
TEKNIK PENARIKAN SAMPEL
Konsep-konsep Dasar Sampling
Salah satu hal yang menakjubkan dalam penelitian ialah kenyataan bahwa kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dart kumpulan itu. Bagian yang diamati itu disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian disebut populasi. Objek penelitian dapat berupa orang, umpi, organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar dan lainlain. Dalam penelitian, objek penelitian ini disebut satuan analisis (units of analysis) atau unsur-unsur populasi.
Bila kita meneliti seluruh unsur populasi, kita melakukan sensus. Sensus mudah dilakukan bila jumlah populasi terbatas. Pimpinan fakultas ingin mengetahui reaksi mahasiswa di fakultasnya terhadap kurikulum yang baru. Ia dapat mewawancarai semua mahasiswa, tanpa kecuali. Tentu saja, ada kemungkinan beberapa orang tidak sempat diwawancarai karena sakit, tidak pernah muncul di fakultas, atau ... menghindari penelitian. Sensus, memang, tidak selamanya sempurna. Hasil sensus, yang mengungkapkan karakteristik populasi (seperti rata-rata, ragam, modus, atau range), disebut parameter.
Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus puas dengan sampel. Karakteristik sampel disebut statistik. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga secara cermat parameter dart statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling.
Selasa, 11 Oktober 2011
UJI REABILITAS KUESIONER
UJI RELIABILITAS KUESIONER PENELITIAN
PENGERTIAN
* Uji reliabilitas adalah uji untuk memastikan apakah kuesioner penelitian yang akan dipergunakan untuk mengumpulkan data variabel penelitian reliabel atau tidak. Kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner tersebut dilakukan pengukuran berulang, akan medapatkan hasil yang sama.
CARA PENGUJIAN RELIABILITAS KUESIONER PENELITIAN
* Pengujian reliabilitas kuesioner dapat dilakukan secara eksternal dan internal
* Secara eksternal cara pengujian reliabilitas kuesioner penelitian ada tiga cara:
1. Teknik pengukuran ulang (test-retest)
2. Teknik belah dua
3. Teknik paralel
TEKNIK PENGUKURAN ULANG (TEST-RETEST)
* Untuk melakukan uji reliabilitas kuesioner dengan teknik pengukuran berulang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
* Kuesioner diujicobakan sebanyak dua kali dengan responden yang sama, namun pada waktu yang berbeda
* Selang waktu antara pengukuran pertama dan kedua sebaiknya antara 15 – 30 hari, jika kurang dari 15 hari dikuatirkan responden masih ingat terhadap jawaban yang telah diberikan, dan jika lebih dari 30 hari dikuatirkan terjadi perubahan pada fenomena yang diukur
* Hasil pengukuran pertama dan kedua dikorelasikan dengan korelasi product moment
* Kuesioner dikatakan reliabel, jika hasil “r” hitung lebih besar dari “r” tabel
UJI VALIDITAS KUESIONER
UJI VALIDITAS KUESIONER PENELITIAN
PENGERTIAN
* Uji Validitas Kuesioner Penelitian: adalah prosedur untuk memastikan apakah kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidak
* Kuesioner yang valid berarti kuesioner yang dipergunakan untuk mengumpulkan data itu valid. Valid berarti kuesioner tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.
* Kuesioner ada yang sudah baku, karena telah teruji validitas dan reliabilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku. Jika kita menggunakan kuesioner yang sudah baku, tidak perlu dilakukan uji validitas lagi, sedangkan kuesioner yang belum baku perlu dilakukan uji validitas.
* Kuesioner yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Kuesioner yang valid harus mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam kuesioner secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur, sedangkan kuesioner yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria didalam kuesioner disusun berdasarkan fakta-fakta emperis yang telah ada (eksternal)
* Validitas internal kuesioner harus memenuhi: construct validity (validitas kontruks) dan content validity (validitas isi)
Validitas konstruks adalah kerangka dari dari suatu konsep. Untuk mencari kerangka konsep dapat ditempuh dengan:
1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang tertulis dalam literatur
2. Jika dalam literatur tidak didapatkan definisi konsep yang ingin diukur, peneliti harus mendifinisikan sendiri konsep tersebut (dengan bantuan para ahli)
3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden.
* Validitas isi kuesioner ditentukan oleh sejauh mana isi kuesioner tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Misal konsep yang mau diteliti terdiri dari tiga aspek, maka kuesioner yang dibuat harus menanyakan tentang ketiga aspek tersebut, jika hanya menanyakan satu aspek saja berarti kuesioner tersebut tidak memiliki validitas isi yang tinggi.
* Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan kuesioner baru dengan tolok ukur eksternal yang sudah valid, misal skala pengukur motivasi untuk berprestasi yang diciptakan oleh Mehrabian (1973) yang sudah teruji kevalidanya.
Langganan:
Postingan (Atom)